PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF BERBASIS AUGMENTED REALITY PADA MATERI IKATAN KIMIA


Kemajuan teknologi yang berkembang sangat pesat secara tidak langsung telah memengaruhi segala aspek kehidupan manusia, baik dalam bidang politik, ekonomi, budaya, bahkah dalam bidang pendidikan. Kemajuan teknologi adalah sesuatu hal yang tidak bisa kita hindari pada zaman yang sudah modern seperti saat ini, karena semakin majunya ilmu pengetahuan maka semakin maju pula perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menawarkan sejumlah kemungkinan yang semula tidak terbayangkan ternyata telah membalik cara berpikir masyarakat dalam mengambil manfaat teknologi tersebut untuk mengatasi masalah di berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan. Perkembangan teknologi informasi dapat meningkatkan kinerja dan memungkinkan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan dengan cepat, tepat, dan akurat, sehingga akan meningkatkan produktivitas (Uno, 2010)
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi berdampak pada globalisasi yang akan mempengaruhi segala aspek dalam kehidupan manusia, termasuk juga dalam dunia pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu dilakukan perubahan paradigma dalam proses pembelajaran terutama tentang konsep bagaimana cara orang belajar dan bagaimana cara materi ajar itu diberikan. Menyikapi dampak globalisasi ini perlu adanya pergeseran tentang peran guru yang selama ini dianggap sebagai satu-satunya sumber belajar, atau orang yang paling tahu di sekolah berubah menjadi hanya sebagai salah satu sumber belajar.
Pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Maliga, 2012). Pada saat ini guru seharusnya lebih berperan sebagai fasilitator dengan mengoptimalkan penggunaan media pendidikan dalam proses pembelajarannya dikarenakan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi, pendidikan dan pembelajaran. Bahkan dalam dunia pendidikan saat ini cenderung mengalami pergeseran dari pendidikan tatap muka yang konvensional ke arah pendidikan yang terbuka hal ini pun terjadi karena dampak dari globalisasi (Abdulhak, 2013)
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di dunia pendidikan tentu merupakan tuntutan kurikulum. Sehingga pengembangan teknologi sebagai media pembelajaran harus sejalan dengan kurikulum yang berlaku. Saat ini Indonesia menerapkan kurikulum 2013, yang menekankan pada pengalaman belajar siswa secara aktif dengan menerapkan penggunaan TIK sebagai media pada setiap proses pembelajaran di sekolah.
SMA Negeri 6 Mataram tempat penelitian dilakukan adalah salah satu SMA yang telah menerapkan kurikulum 2013. Berdasarkan hasil observasi ketersediaan media pembelajaran, sekolah ini sudah cukup memadai tetapi pemanfaatan TIK dan media yang digunakan guru kimia pada setiap pembelajaran pada umumnya masih bersifat “modern-klasik”. Artinya guru sudah menggunakan teknologi modern seperti infokus namun proses pembelajaran masih sangat klasik yaitu seperti metode ceramah. Oleh karena itu, dibutuhkan inovasi media pembelajaran yang modern dan mampu membuat siswa belajar dengan secara aktif dan interaktif.
Demi terwujudnya tujuan pendidikan nasional maka dibutuhkan inovasi teknologi informasi dan komunikasi yang dapat diaplikasikan sebagai media pembelajaran. Oleh karena itu, saat ini berkembang teknologi yaitu augmented reality pada dunia pendidikan yang mengijinkan penggunanya untuk berinteraksi secara nyata dengan sistem, augmented reality dapat menggabungkan dunia nyata dengan dunia maya yang dibuat komputer. Teknologi ini diharapkan dapat menjadi solusi dalam permasalahan pendidikan saat ini terutama dituntutnya penerapan TIK dalam setiap mata pelajaran khususnya kimia. Seperti yang dikutip Yaoyunenyong Y.S and E. Johnson (2011) dalam Jurnal of education Technology Development and Exchange yang berjudul An Overview And Five Directions for Augmented Reality in Education yaitu:
“...augmented reality memiliki potensi untuk terlibat, merangsang, dan memotivasi siswa untuk mengeksplorasi bahan kelas dari sudut yang berbeda, membantu mengajar mata pelajaran di mana siswa tidak bisa mendapatkan pengalaman tangan pertama di dunia nyata, meningkatkan kerja sama antara siswa dan instruktur dan antara siswa, kreativitas siswa asuh dan imajinasi, membantu siswa mengambil kendali belajar mereka dengan langkah mereka sendiri dan di jalan mereka sendiri, dan menciptakan lingkungan belajar yang otentik cocok untuk berbagai gaya belajar.”
Objek 3 dimensi yang dimaksud dapat berupa model atom dan ikatan yang dapat mengkongkretkan molekul-molekul kimia dalam bentuk objek molekul 3 dimensi maupun 2 dimensi sehingga membantu siswa dalam memahami materi kimia yang bersifat mikroskopis. Dengan adanya teknologi augmented reality maka proses pembelajaran di sekolah dapat bersifat “modern-modern” yaitu media pembelajaran yang digunakan modern dengan metode pembelajaran yang interaktif dan mutakhir. Di Indonesia sendiri augmented reality mulai dikenal tujuh tahun terakhir ini. Sama seperti di negara-negara lain, beberapa penelitian dan pengembangan dalam bidang pendidikan juga telah dilakukan. Akan tetapi di Indonesia masih sedikit penelitian ilmiah yang spesifik mengkaji penerapan augmented reality sebagai media pembelajaran yang interaktif pada materi ikatan kimia.
Berkaitan dengan penggunaan media pendidikan atau pembelajaran, Miarso (1986) mengungkapkan:
“Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk:
a.    Menimbulkan kegairahan belajar
b.    Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan.
c.    Memungkinkan belajar sendiri-sendiri, menurut kemampuan dan minat anak didik.”
Ilmu kimia adalah materi pelajaran yang terdiri dari sebagian besar bersifat abstrak (Erlina, 2011). Sebagai makhluk individual, siswa pada dasarnya berbeda-beda dalam memahami konsep-konsep abstrak sehingga masing-masing pasti akan berbeda pula dalam mencapai tingkat pencapaian belajarnya, namun jika anak belajar dengan melihat dunia nyata dan dengan memanipulasi benda-benda nyata sebagai perantaranya maka proses pembelajaran akan optimal (Uno, 2013: 140-141). Dikarenakan ikatan kimia merupakan materi pelajaran yang bersifat mikroskopis maka dibutuhkan modelling dalam proses pembelajarannya agar siswa dapat melihat dan memahami pelajaran secara konkret. Menurut Uno (2013), “disajikannya konsep abstrak dalam bentuk yang konkret, maka siswa pada tingkat-tingkat yang lebih rendah akan lebih mudah memahami dan mengerti.” Kemudian Kropidlowska (2013) dalam Chemical Education of The Future using Augmented Reality menjelaskan,“...augmented reality application in the field of chemical education include AR books, molecule structuring, reactions in augmented reality environment....”. Hal tersebut menguatkan alasan peneliti untuk diaplikasikannya teknologi augmented reality pada materi ikatan kimia.  Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF BERBASIS TEKNOLOGI AUGMENTED REALITY PADA MATERI IKATAN KIMIA”.

Post a Comment

1 Comments