TUGAS KIMIA
ANORGANIK II
“TEMBAGA (Cu)”
“TEMBAGA (Cu)”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10
HARI NUGRAHA PERSADA (E1M013012)
MARIANA (E1M013028)
SUKARNI (E1M013052)
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MATARAM
2015
TEMBAGA
Pada zaman Yunani, logam ini dikenal
dengan nama chalkos. Tembaga merupakan sumber penting bagi orang-orang
Roma dan Yunani. Pada zaman Roma, ia dikenal dengan nama aes Cyprium (aes
merupakan istilah umum Latin bagi tembaga seperti gangsa dan logam-logam lain,
dan Cyprium sendiri karena dulunya tembaga banyak ditambang dari
Cyprus). Dari dua kata itulah maka menjadi kata cuprum dan dalam Bahasa
Melayu kuprum.
Dalam sejarahnya, penggunaan tembaga oleh manusia tercatat dari kurang lebih 10.000 tahun lalu lamanya. Peleburan tembaga nampaknya telah berkembang secara baik di beberapa belahan dunia. Di samping berkembang di Anatolia pada 5000 SM, tembaga juga dikembangkan di China sebelum 2800 SM, Amerika Tengah sekitar 600 TM, dan Afrika Barat sekitar 900 TM. Cu (Tembaga) merupakan salah satu unsur logam transisi yang berwarna cokelat kemerahan dan merupakan konduktor panas dan listrik yang sangat baik.
Dalam sejarahnya, penggunaan tembaga oleh manusia tercatat dari kurang lebih 10.000 tahun lalu lamanya. Peleburan tembaga nampaknya telah berkembang secara baik di beberapa belahan dunia. Di samping berkembang di Anatolia pada 5000 SM, tembaga juga dikembangkan di China sebelum 2800 SM, Amerika Tengah sekitar 600 TM, dan Afrika Barat sekitar 900 TM. Cu (Tembaga) merupakan salah satu unsur logam transisi yang berwarna cokelat kemerahan dan merupakan konduktor panas dan listrik yang sangat baik.
Tembaga dengan nama kimia Cupprum
dilambangkan dengan Cu, unsur logam ini berbentuk kristal dengan warna kemerahan.
Dalam tabel periodik unsur-unsur kimia tembaga menempati posisi dengan nomor
atom (NA) 29 dan mempunyai bobot atom (BA) 63,546. Unsur tambahan di alam dapat
ditemukan dalam bentuk persenyawaan atau dalam senyawa padat dalam bentuk
mineral. Dalam badan perairan laut tembaga dapat ditemukan dalam bentuk
persenyawaan ion seperti CuCO3, CuOH, dan sebagainya.
A.
KELIMPAHAN TEMBAGA
Tembaga (Cu)
merupakan unsur yang jarang ditemukan di alam (precious metal). Tembaga umumnya
ditemukan dalam bentuk senyawanya, yaitu bijih mineral, seperti Pirit tembaga
(kalkopirit) CuFeS2, bornit (Cu3FeS3), kuprit
(Cu2O), melakonit (CuO), malasit (CuCO3.Cu(OH)2)
dan kalkolit (Cu2S).
Deposit
bijih tembaga yang banyak ditemukan di AS, Chile, Zambia, Zaire, Peru, dan
Kanada. Bijih-bijih tembaga yang penting adalah sulfida, oxida-oxidanya, dan
karbonat. Dari mereka, tembaga diambil dengan cara smelting, leaching,
dan elektrolisis. Semua senyawa Tembaga (I) bersifat diamagnetik dan tidak
berwarna (kecuali Cu2O yang berwarna merah), sedangkan semua senyawa
Tembaga (II) bersifat paramagnetik dan berwarna. Senyawa hidrat yang mengandung
ion Cu2+ berwarna biru. Beberapa contoh senyawa yang mengandung
Tembaga (II) adalah CuO (hitam), CuSO4.5H2O (biru), dan
CuS (hitam).
Tembaga merupakan logam yang kuat, dapat ditempa, tahan
korosi, serta penghantar listrik dan panas yang baik.Bijih tembaga yang
terpenting adalah berupa sulfida, seperti kalkosit (Cu2S) dan kalkopirit
(CuFeS2). Penambangan tembaga di Indonesia terdapat di Papua, Sulawesi Utara,
Jawa Barat, dan beberapa daerah lain.
B.
SIFAT-SIFAT TEMBAGA
Tembaga mempunyai sifat dapat dirol,
ditarik, ditekan, ditekan tarik dan dapat ditempa (meleable).
1.
Sifat Fisika
a. Tembaga merupakan logam yang
berwarna kuning kemerahan seperti emas kuning dan keras bila tidak murni.
b.
Mudah
ditempa (liat) dan bersifat mulur sehingga mudah dibentuk menjadi pipa,
lembaran tipis dan kawat.
c.
Konduktor
panas dan listrik yang baik, kedua setelah perak.
d.
Mudah
ditempa (liat) dan bersifat mulur sehingga mudah dibentuk menjadi pipa,
lembaran tipis dan kawat.
e.
Konduktor
panas dan listrik yang baik, kedua setelah perak.
f.
Berat
jenis tembaga sekitar 8,92 gr/cm3
g.
Bentuk
: padat
h.
Warna
: logam merah jambu
i.
Massa
Jenis : 8.96 g/cm3
j.
Titik
Lebur : 1357.77 K (1084.62 °C, 1984.32 °F)
k.
Titik
Didih : 2835 K (2562 °C, 4643 °F)
l.
Kalor
Peleburan : 13.26 kJ/mol
m. Kalor Penguapan : 300.4 kJ/mol
n.
Kapasitas
Kalor : (25 °C) 24.440 J/(mol・K)
2.
Sifat
Kimia
a. Tembaga merupakan unsur yang relatif
tidak reaktif sehingga tahan terhadap korosi. Pada udara yang lembab permukaan
tembaga ditutupi oleh suatu lapisan yang berwarna hijau yang menarik dari
tembaga karbonat basa, Cu(OH)2CO3.
b. Pada kondisi yang istimewa yakni
pada suhu sekitar 300 °C tembaga dapat bereaksi dengan oksigen membentuk CuO
yang berwarna hitam. Sedangkan pada suhu yang lebih tinggi, sekitar 1000 oC,
akan terbentuk tembaga(I) oksida (Cu2O) yang berwarna merah.
c. Tembaga panas dapat bereaksi dengan
uap belerang dan halogen. Bereaksi dengan belerang membentuk tembaga(I) sulfida
dan tembaga(II) sulfida dan untuk reaksi dengan halogen membentuk tembaga(I)
klorida, khusus klor yang menghasilkan tembaga(II) klorida.
d. Pada umumnya lapisan Tembaga adalah
lapisan dasar yang harus dilapisi lagi dengan Nikel atau Khrom. Pada prinsipnya
ini merupakan proses pengendapan logam secara elektrokimia, digunakan listrik
arus searah (DC). Jenis elektrolit yang digunakan adalah tipe alkali dan tipe
asam.
e. Tembaga tidak diserang oleh air atau
uap air dan asam-asam nooksidator encer seperti HCl encer dan H2SO4
encer. Tetapi asam klorida pekat dan mendidih menyerang logam tembaga dan
membebaskan gas hidrogen. Hal ini disebabkan oleh terbentuknya ion kompleks
CuCl2 ̄(aq) yang mendorong reaksi kesetimbangan bergeser ke arah
produk.
2Cu (s) + 2H+ (aq) → a Cu+ (aq) + H2
2Cu+ (aq) + 4Cl- (aq) → 2 CuCl2-(aq)
3. sifat lain
a.
Asam
nitrat encer dan pekat dapat menyerang tembaga.
Cu (s) +
HNO3 (encer) → 3Cu(NO3)2 (aq) + 4H2O
(l) + 2NO (g)
Cu (s)
+4HNO3 (pekat) → Cu(NO3)2 (aq) + 2H2O
(l) + 2NO2 (g)
b. Tembaga tidak bereaksi dengan
alkali, tetapi larut dalam amonia oleh adanya udara membentuk larutan yang
berwarna biru dari kompleks Cu(NH3)4+.
c. Tembaga panas dapat bereaksi dengan
uap belerang dan halogen. Bereaksi dengan belerang membentuk tembaga(I) sulfida
dan tembaga(II) sulfida dan untuk reaksi dengan halogen membentuk tembaga(I)
klorida, khusus klor yang menghasilkan tembaga(II) klorida.
d. Pada umumnya lapisan Tembaga adalah
lapisan dasar yang harus dilapisi lagi dengan Nikel atau Khrom. Pada prinsipnya
ini merupakan proses pengendapan logam secara elektrokimia,digunakan listrik
arus searah (DC). Jenis elektrolit yang digunakan adalah tipe alkali dan tipe
asam.
C.
PENGOLAHAN/PEMBUATAN TEMBAGA
Bijih tembaga dapat berupa karbonat,
oksida dan sulfida.Untuk memperoleh tembaga dari bijih yang berupa oksida dan
karbonat lebih mudah dibanding bijih yang berupa sulfida. Hal ini disebabkan
tembaga terletak dibagian bawah deret volta sehingga mudah diasingkan dari
bijihnya.
Bijih berupa oksida dan karbonat
direduksi menggunakan kokas untuk memperoleh tembaga, sedangkan bijih tembaga
sulfida, biasanya kalkopirit (CuFeS2), terdiri dari beberapa tahap
untuk memperoleh tembaga, yakni:
a.
Pengapungan (flotasi)
Proses
pengapungan atau flotasi di awali dengan pengecilan ukuran bijih kemudian
digiling sampai terbentuk butiran halus. Bijih yang telah dihaluskan dimasukkan
ke dalam campuran air dan suatu minyak tertentu.Kemudian udara ditiupkan ke
dalam campuran untuk menghasilkan gelembung-gelembung udara. Bagian bijih yang
mengandung logam yang tidak berikatan dengan air akan berikatan dengan minyak
dan menempel pada gelembung-gelembung udara yang kemudian mengapung ke
permukaan. Selanjutnya gelembung-gelembung udara yang membawa partikel-partikel
logam dan mengapung ini dipisahkan kemudian dipekatkan.
b. Pemanggangan
Bijih
pekat hasil pengapungan selanjutnya dipanggang dalam udara terbatas pada suhu
dibawah titik lelehnya guna menghilangkan air yang mungkin masih ada pada saat
pemekatan dan belerang yang hilang sebagai belerang dioksida.
Campuran
yang diperoleh dari proses pemanggangan ini disebut calcine, yang
mengandung Cu2S, FeO dan mungkin masih mengandung sedikit FeS.
Setelah itu calcine disilika guna mengubah besi(II) oksida menjadi suatu sanga
atau slag besi(II) silikat yang kemudian dapat dipisahkan. Reaksinya sebagai
berikut.
Tembaga(I)
sulfida yang diperoleh pada tahap ini disebut matte dan kemungkinan
masih mengandung sedikit besi(II) sulfide
c. Reduksi
Cu2S
atau matte yang yang diperoleh kemudian direduksi dengan cara dipanaskan dengan
udara terkontrol, sesuai reaksi
2Cu2S(s) + 3O2(g) ―→ 2Cu2O(s)
+ 2SO2(g)
Cu2S(s) + 2Cu2O(s) ―→
6Cu(s) + SO2(g)
Tembaga
yang diperoleh pada tahap ini disebut blister
atau tembaga lepuhan sebab mengandung rongga-rongga yang berisi
udara.
d.
Elektrolisis
Blister
atau tembaga lepuhan masih mengandung misalnya Ag, Au, dan Pt kemudian
dimurnikan dengan cara elektrolisis. Pada elektrolisis tembaga kotor (tidak
murni) dipasang sebagai anoda dan katoda digunakan tembaga murni, dengan
elektrolit larutan tembaga(II) sulfat (CuSO4). Selama proses
elektrolisis berlangsung tembaga di anoda teroksidasi menjadi Cu2+ kemudian
direduksi di katoda menjadi logam Cu.
Katoda :
Cu2+(aq) + 2e ―→ Cu(s)
Anoda :
Cu(s) ―→ Cu2+(aq) + 2e
Pada
proses ini anoda semakin berkurang dan katoda (tembaga murni) makin bertambah
banyak, sedangkan pengotor-pengotor yang berupa Ag, Au, dan Pt mengendap
sebagai lumpur.
D.
SENYAWA-SENYAWA TEMBAGA
Tembaga di alam memiliki tingkat oksidasi +1 dan +2. Tembaga
dengan bilangan oksidasi +2 merupakan tembaga yang sering ditemukan sedangkan
tembaga dengan bilangan oksidasi +1 jarang ditemukan, karena senyawaan tembaga
ini hanya stabil jika dalam bentuk senyawa kompleks. Selain dua keadaan
oksidasi tersebut dikenal pula tembaga dengan bilangan oksidasi +3 tetapi
jarang digunakan, misalnya K3CuF6. Beberapa senyawaan
yang dibentuk oleh tembaga seperti yang tertera pada Tabel.
Tembaga(II)
|
Nama
|
Tembaga(I)
|
Nama
|
CuO
|
tembaga(II)
oksida
|
Cu2O
|
tembaga(I)
oksida
|
Cu(OH)2
|
tembaga(II)
hidroksida
|
CuCl
|
tembaga(I)
klorida
|
CuCl2
|
tembaga(II)
klorida
|
CuI
|
tembaga(I)
iodida
|
CuF2
|
tembaga(II)
fluorida
|
||
CuS
|
tembaga(II)
sulfide
|
||
CuSO4.5H2O
|
tembaga(II)
sulfat pentahidrat atau vitriol biru
|
||
Cu(NO3)2.3H2O
|
tembaga(II)
nitrat trihidrat
|
1. Tembaga
(II)
Tembaga membentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +1
dan +2, namun hanya tembaga (II) yang stabil dan mendominasi dalam larutannya.
Dalam air, hampir semua garam tembaga (II) berwarna biru oleh karena waarna uon
kompleks koordinasi enam, . Suatu perkecualian
yang terkenal adalah tembaga(II) klorida yang berwarna kehijauan oleh karena
ion kompleks koordiasi empat [, yang mempunyai bangun
geometri dasar tetrahedral atau bujur sangkar bergantung pada ion ligannya.
Dalam larutan encer garam klorida ini berwarna biru karena terjadinya
pendesakan ligan oleh ligan . Oleh karena itu, jika
warna hijau ingin di pertahankan, ke dalam larutan pekat dalam air dapat ditambahkan ion senama misalnya denagn penambahan padatan NaCl atau
HCl pekat atau HCl gas.
[ + 6 (aq) + 4(aq)
Hijau biru
Jika larutan ammonia di tambahkan kedalam larutan ion , larutan biru berubah
menjadi biru tua karena terjadinya pendesakan ligan air oleh ligan ammonia
menurut reaksi:
(aq) +
5(aq) [Cu()(4-5)() + 5(l)
Biru biru
tua
Reaksi ion dengan pada berbagai konsentrasi bergantung pada
metodenya. Penambahan ion hidroksi ke dalam larutan tembaga (II) sulfat
(0,1-0.5M) secara bertetes dengan kecepatan 1 ml/menit mengakibatkan terjadinya
endapan gelatin biru muda dari garam tembaga (II) hidroksi sulfat, [Cu, bukan endapan Cu, menurut persamaan
reaksi:
(n+1)(aq) + (aq) + 2n(aq)
[Cu(s) +6(n+1)(l) biru
muda
Reaksi pengendapan terjadi sempurna pada PH, dan nilai n bervariasi
bergantung pada temperature reaksi dan laju penambahan reaktan. Sebagi contoh,
dengan laju penambahan reaktan 1 ml/menit, reaksi
tersebut menghasilkan [Cu jika reaksi berlangsung pada suhu 20°C, dan
[Cu pada suhu 24°C.
Adanya gugus sulfat baik sebagai maupun dalam endapan tersebut dapat ditunjukkan oleh
serapan khas spectrum inframerah yang muncul pada daerah 600 -1200 . Secara kualitatif,
adanya ion sulfat dapat dibuktikan dengan perlakuan berikut. Endapan biru,
setelah dipisahkan dari larutannya dengan penyaringan dan pencucian dengan air
berkali-kali, dilarutkan dengan HCl. Ke dalam larutan ini kemudian ditambahkan
larutan , dan terjadinya
endapan putih membuktikan adanya ion sulfat dalam endapan biru semula.
Tetapi, jika prosedur penambahan dibalik, yaitu kedalam larutan
NaOH di tambahkan larutan Cu, maka peran ion sulat
dalam endapan menjadi berkurang bahkan lenyap hingga endapan biru muda
didominasi oleh , dan uji adanya ion
sulfat dalam endapan biru muda ini tentu saja negative.
2(aq) + (aq) (s) + 6(l)
Biru
muda
Pemanasan kedua jenis
endapan biru tersebut mengakibatkan dekomposisi menjadi hitam, CuO.
(s) CuO (s) + (l)
Hitam
Cu (s) 3 CuO (s) + 3(l)
+(g) + ½ (g)
Hitam
Tembaga(II) hidroksida tidak larut dalam basa encer, tetapi
larut dalam hidroksida pekat membentuk larutan biru tua ion
tetrahidroksokuprat(II), . Tembaga(II)
hidroksida juga larut dalam larutan ammonia memberikan larutan biru tua ion
[Cu()(4-5)().
Larutan tembaga(II) dengan berbagai ligan sangat stabil secara
termodinamik, tetapi ligan pereduksi seperti iodide akan mereduksi tembaga(II)
menjadi endapan tembaga(I):
2(aq) + 4(aq)
2CuI (s) + (aq)
2. Tembaga(I)
Pada dasarnya, tembaga bukanlah logam reaktif, namun logam ini
dapat diserang oleh asam-asam pekat. Secara khusus, tembaga bereaksi dengan
asam hidroksida pekat-mendidih dengan menghasilkan larutan tak berwarna dan gas
hydrogen. Peristiwa ini sesungguhnya cukup ”mengejutkan” mengingat asam
hidroksida bukanlah asam oksidator kuat seperti asam nitrat. Ion tembaga(I)
yang terjadi segera bereaksi dengan ion klorida membentuk ion kompleks tak
berwarna diklorokuprat(I), . Tahap kedua reaksi
inilah yang diduga berlangsung sangat cepat sehingga memicu terjadinya tahap
reaksi pertama menurut persamaan reaksi seperti berikut ini:
Cu (s) + (aq) (aq) + (g) + 2 (l)
(aq) + (aq) (aq)
Jika larutan ini dituangkan kedalam air suling bebas
udara,diperoleh endapan putih tembaga(I) klorida menurut persamaan reaksi:
(aq) CuCl
(s) + (aq)
Tembaga(I) klorida harus segera dipisahkan, dicuci dan disimpan
dalam wadah yang bebas udara, sebab interaksinya dengan udara dan uap air akan
menghasilkan tembaga(II).
Dalam kimia organic, diklorokuprat(I) digunakan untuk mengubah
benzene diazonium klorida menjadi klorobenzena menurut reaksi Sandmeyer:
(aq) (l) + (g)
Pada umumnya, senyawa tembaga(I) tidak berwarna atau putih,
karena ion ini mempunyai konigurasi electron penuh, . Dalam air, ion
tembag(I) terhidrat tidak stabil dan mengalami disproporsionasimenjadi ion
tembaga(II) sesuai dengan ramalan diagram potensial reduksi Frost.
(aq) (aq) + Cu (s).
E.
KEGUNAAN TEMBAGA
1. Logam Tembaga, kegunaan:
a.
Sebagai campuran untuk membuat perunggu (Cu 90% dan
Sn10%) untuk membuat patung, indutri arloji, atau ornamen
b.
Sebagai campuran untuk membuat monel (Ni 70% dan Cu
30%)
c.
Sebagai campuran membuat duralium (Al 96% dan Cu 4%)
untuk komponen pesawat
d.
Sebagai campuran untuk membuat perhiasan (Cu 45% dan
Au 55%)
e.
Sebagai campuran untuk membuat kuningan (Cu 70% dan Zn
30%) untuk membuat aksesoris, alat musik, atau ornamen
f.
Sebagai campuran membuat kupronikel, (Cu 75% dan Ni
25%) untuk membuat uang koin logam (contoh logam Amerika) dan logam-logam
senjata mengandung tembaga
g.
Alat-alat listrik seperti, kabel istrik, kumparan dinamo
dan komponen berbagai alat elektronik, alnico, pipa, motor listrik, generator,
kabel transmisi, instalasi listrik rumah dan industri, kendaraan bermotor,
konduktor listrik, kabel dan tabung coaxial, tabung microwave, sakelar,
reaktifier transsistor, kawat, pematrian, alat-alat dapur
h.
Sebagai bahan penahan untuk bangunan dan beberapa
bagian kapal
i.
Serbuk tembaga digunakan sebagai katalisator untuk
mengoksidasi metanol menjadi metanal.
2. Senyawa Tembaga, kegunaan:
a. Tembaga (II)
Oksida (CuO), sebagai insektisida, bahan baterai, bahan penyepuh dan bahan
pewarna hitam untuk keramik, bahan gelas, porselen dan rayon
b. Tembaga (II)
Sulfat (CuSO4), sebagai antilumut pada kolam renang dan memberikan warna biru
pada air, pengawet kayu, penyepuhan dan zat aditif dalam radiator
c. Tembaga (II)
Klorida (CuCl2), sebagai pewarna keramik dan gelas, pabrik tinta, untuk
menghilangkan kandungan belerang pada pengolahan minya, dan fotografi serta
pengawet kayu dan katali
d. Campuran
CuSO4 dan Ca(OH)2, disebut bubur boderiux banyak digunakan untuk
mematikan serangga atau hama tanaman, pencegah jamur pada sayur dan buah
e. Cu(OH)2 yang
larut dalam larutan NH4OH membentuk ion kompleks cupri tetramin (dikenal
sebagai larutan schweitser), digunakan untuk melarutkan selulosa pada
pembuatan rayon (sutera buatan).
DAFTRA PUSTAKA
Anonim. Pengertian Tembaga. (online) http://id.shvoong.com/exact-sciences/chemistry/2112636-pengertian-tembaga/#ixzz2Bufscz6r. Diakses pada tanggal 25 Maret 2015
Cotton, F. Albert dan Geoffrey
Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar.
Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Darmono. 2009. Farmasi Forensik
dan Toksikologi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Djoko Hari Praswanto. 2011. Karakteristik
Cu, Pb dan Sn. (Online) http://litbangtek-mesinitn.blogspot.com/2011/10/karakteristik-cu-pb-dan-sn.html. Diakses pada tanggal 25 Maret 2015
Emel Seran. 2010. Tembaga Tambang
sifat dan Kegunaan. (Online) http://wanibesak.wordpress.com/2010/11/07/tembaga-tambang-sifat-dan-kegunaan/. Diakses pada tanggal 20 Maret 2015
Sugiyarto, Kristian H. 2003. Kimia Anorganik II . Yogyakarta: Jurusan Kimia FMIPA UNY.
0 Comments