BIOKIMIA II
“PENCERNAAN KARBOHIDRAT,
GLIKOLISIS, GLIKOLISIS AEROB DAN GLIKOLISIS ANAEROB”
PROSES
PENCERNAAN KARBOHIDRAT
Tujuan
akhir pencernaan dan absorpsi karbohidrat adalah mengubah karbohidrat menjadi ikatan-ikatan
lebih kecil, terutama berupa glukosa dan fruktosa, sehingga dapat diserap oleh pembuluh
darah melalui dinding usus halus. Pencernaan karbohidrat kompleks dimulai di
mulut dan berakhir di usus halus.
Karbohidrat
adalah senyawa yang tersusun dari unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen
(O). Senyawa ini dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu monosakarida
(glukosa dan fruktosa), disakarida (sukrosa dan maltose), dan polisakarida
(amilum, glikogen, dan selulosa). Ketiga kelompok senyawa karbohidrat tersebut dicerna
oleh organ sistem pencernaan secara bertahap. Berikut ini tahapan proses
pencernaan karbohidrat tersebut mulai dari rongga mulut.
- RonggaMulut
Proses
pencernaan karbohidrat dimulai dari rongga mulut. Makanan yang mengandung karbohidrat
dikunyah di dalam rongga mulut sehingga bercampur dengan air ludah. Air ludah mengandung
enzim amilase, Enzim
ini memecah ikatan antara unit gula monomer disakarida, oligosakarida, dan pati.
Enzim
amylase memecah amilosa dan amilopektin
menjadi rantai yang lebih kecil dari glukosa, yang disebut dekstrin dan bila berada di mulut cukup lama, sebagian diubah menjadi
maltosa.
Peningkatan konsentrasi maltose dalam
mulut yang dihasilkan dari perusakan mekanis dan kimia pati dalam biji-bijian dapat
meningkatkan rasa manis. Enzim amilase pada ludah bekerja paling baik pada pH ludah
yang bersifat netral. Bolus yang ditelan masuk ke dalam lambung.
- Tenggorokan (Esofagus)
Setelah melalui pencernaan mekanis yang
dilakukan gigi dan pencernaan kimiawi yang dilakukan ludah, karbohidrat kemudian
ditelan masuk dan melewati tenggorokan (esophagus). Tidak ada proses khusus pencernaan makanan di sini. Makanan melewati saluran dalam esofagus dengan sangat
mudah dalam hitungan detik. Dinding saluran esofagus sangat licin karena
mengandung cairan mucus yang dihasilkan sel-sel yang terdapat di dindingnya.
- Lambung
Dari
tenggorokan, karbohidrat langsung diterima lambung untuk kemudian diolah dan
dicampurkan dengan asam lambung (HCl) yang bersifat korosif. Pencampuran
karbohidrat, asam lambung, dan makanan lain terjadi dengan bantuan gerakan
kontraksi lambung. Proses pencampuran dengan asam lambung mengakibatkan makanan
menjadi lebih cair dan hancur yang disebut chymus.
Di dalam
cairan sekresi lambung tidak ada enzim yang memecah karbohidrat. Kalau makanan
hanya mengandung karbohidrat saja, akan tinggal di dalam gaster dan diteruskan
ke dalam doudenum. Karena itu, hidangan karbohidrat akan lebih cepat
menimbulkan rasa lapar kembali.
2. Usus Halus
Di dalam
doudenum chymus dicampur dengan sekresi pankreas dan sekresi doudenum. Keduanya
mengandung enzim yang dapat memecah karbohidrat lebih lanjut. Pencernaaasan
karbohidrat dilakukan oleh enzim-enzim disakarida yang dikeluarkan oleh sel-sel
mukosa usus halus berupa maltase, sukrase, dan laktase. Hidrolisis disakarida
oleh enzim-enzim ini terjadi di dalam mikrovili dan monosakarida yang
dihasilkan adalah sebagai berikut:
Chymus
yang mengandung karbohidrat yang berasal dari lambung diteruskan ke usus 12
jari (duodenum) untuk kemudian dicerna lebih lanjut. Proses pencernaan karbohidrat
dalam usus 12 jari dilakukan secara kimiawi menggunakan enzim amylopsin atau enzim
amylase yang dihasilkan dari getah pankreas. Enzim ini memecah amilum yang
belum sempat terurai sempurna di rongga mulut untuk menjadi disakarida.
Usus Kosong (Jejunum)
Setelah melalui
usus 12 jari, proses pencernaan karbohidrat yang telah berwujud disakarida ini kemudian
dilanjut oleh organ selanjutnya, yakni usus kosong (jejunum). Di dalam organ
ini, disakarida dipecah menjadi monosakarida dengan bantuan enzim-enzim disakaridase
(maltase, laktase, dansukrase) yang terdapat pada getah usus halus hasil sekresi
dinding-dindingnya. Pemecahan disakarida tergantung pada jenis dan jumlahnya,
yaitu:
·
Maltosa
menjadi 2 mol glukosa dengan bantuan enzim maltase
·
Laktosa
menjadi 1 mol glukosa dan 1 mol galaktosa dengan bantuan enzim laktase
·
Sukrosa
menjadi 1 mol glukosa dan 1 mol fruktosa dengan bantuan enzim sukrase
Usus Penyerap (Ileum)
Setelah melalui
usus kosong, monosakarida-monosakarida hasil penguraian enzim disakaridase kemudian
diserap oleh dinding ileum atau usus penyerap. Serapan monosakarida ini lalu diabsorpsi
dan diangkut system sirkulasi darah lewat vena porta dan disalurkan keseluruh tubuh
menjadi energi yang siap digunakan.
- Usus Besar dan Anus
Dalam waktu
1-4 jam setelah selesai makan, pati nonkarbohidrat atau serat makanan dan
sebagian kecil pati yang tidak dicernakan masuk ke dalam usus besar. Sisa-sisa
pencernaan ini merupakan substrat potensial untuk difermentasi oleh
mikroorganisma di dalam usus besar. Substrat potensial lain yang difermentasi
adalah fruktosa, sorbitol, dan monomer lain yang susah dicernakan, laktosa pada
mereka yang kekurangan laktase, serta rafinosa, stakiosa, verbaskosa, dan
fruktan.
Produk utama fermentasi karbohidrat di dalam usus
besar adalah karbondioksida, hidrogen, metan dan asam-asam lemak rantai pendek
yang mudah menguap, seperti asam asetat, asam propionat dan asam butirat.
Fermentasi yang meningkat di dalam kolon menghasilkan banyak gas
karbondiokasida yang kemudian keluar sebagai flatus (kentut). Sisa karbohidrat
yang masih ada dibuang sebagai tinja. Secara skematis, pencernaan karbohidrat
yang terjadi dapat digambarkan sebagai berikut:
B. PENYERAPAN KARBOHIDRAT
Penyerapan karbohidrat berlangsung
di sepanjang usus, dan terutama di bagian doudenum, setelah terbentuk hasil pencernaan
monosakarida. Monosakarida yang dihasilkan adalah glukosa, fruktosa, dan galaktosa
yang semuanya termasuk molekul yang mengandung enam buah atom karbon (heksosa).
Monosakarida tersebut kemudian diabsorpsi melalui sel epitel usus halus dan diangkut
oleh system sirkulasi darah melalui vena porta. Bila konsentrasi monosakarida
di dalam usus halus atau pada mukosa sel cukup tinggi, absorpsi dilakukan secara
pasif atau fasilitatif. Tapi, bila konsentrasi turun, absorpsi dilakukan secara
aktif (selektif). Adapun ciri-ciri penyerapan aktif sebagai berikut:
- Aliran zat yang diserap dapat melawan gradient konsentrasi dengan menggunakan energy dari ATP dan ion natrium.
- Proses penyerapan memerlukan energi.
- Menunjukkan phenomena jenuh pada konsentrasi tertentu.
- Terdapat kompetensi antara berbagai monosakarida kalau dicampurkan.
C. GLIKOLISIS
Glikolisis berasal kata Yunani, Glycos yang berarti gula atau manis dan lisis yang berarti pelarutan atau degradasi. Glikolisis adalah rangkaian
reaksi kimia penguraian glukosa (yang memiliki 6 atom C) menjadi asam piruvat
(senyawa yang memiliki 3 atom C), NADH, dan ATP. NADH (Nikotinamida Adenina Dinukleotida
Hidrogen) adalah koenzim yang mengikat elektron (H), sehingga disebut sumber
electron berenergi tinggi. ATP (adenosintrifosfat) merupakan senyawa berenergi tinggi.
Setiap pelepasan gugus fosfatnya menghasilkan energi.
Penjelasan tentang glikolisis mempunyai riwayat panjang.
Perkembangan biokimia dan penjabaran jalur utama ini berlangsung bersamaan.
Penemuan kunci oleh Hans Buchner dan Eduard Buchner pada 1897 adalah secara
kebetulan. Mereka tertarik pada pembuatan ekstrak ragi bebas sel karena
kemungkinan penggunaannya dalam terapi. Ekstrak-ekstrak ini harus diawatkan
tanpa memakai antiseptik seperti fenol, dan mereka memutuskan untuk mencoba
sukrosa, pengawet yang lazim dipakai pada kimia dapur. Mereka mendapatkan hasil
yang mengejutkan: sukrosa dengan cepat mengalami fermentasi menjadi alkohol
oleh sari ragi. Arti penemuan ini besar sekali. Buchner dan Buchner
mendemonstrasikan untuk pertama kalinya bahwa fermentasi dapat terjadi diluar
sel hidup. Pandangan yang dapat diterima pada waktu itu, yang oleh Louis
Pasteur pada 1860, ialah bahwa fermentasi tidak mungkin lepas dari keterkaitannya
pada sel-sel hidup. Penemuan yang kebetulan oleh Buchner dan Buchner menyangkal
dogma vitalistik ini membuka pintu menuju biokimia modern.
Adanya penyelidikan ekstrak otot kemudian memperlihatkan
bahwa banyak reaksi fermentasi laktat sama seperti fermentasi alcohol. Ini
merupakan penemuan yang menggairahkan karena memperlihatkan satu kesatuan yang
mendasari biokimia. Jalur glikolisis lengkap dijelaskan pada tahun 1940,
sebagian besar karena sumbangan kepeloporan Gustav Embden, Otto Mayerhof, Carl
Neuberg, Jacob Parnas, Otto Warburg, Getty Cori dan Carl Cori. Glikolisis ini
juga dikenal sebagai jalur Embden-Mayerhof.
Pada
proses glikolisis, setiap 1 molekul glukosa diubah menjadi 2 molekul asam piruvat,
2 NADH, dan 2 ATP. Glikolisis memiliki sifat-sifat, antara lain: glikolisis dapat
berlangsung secara aerob maupun anaerob, glikolisis melibatkan enzim ATP dan
ADP, serta peranan ATP dan ADP pada glikolisis adalah memindahkan (mentransfer)
fosfat dari molekul yang satu ke molekul yang lain. Pada sel eukariotik,
glikolisis terjadi di sitoplasma (sitosol). Pada suasana aerob (tersedia oksigen)
akan menjadi asam piruvat sedangkan pada suasana anaerob (tidak tersedia oksigen
akan menjadi asam laktat. Glikolisis terjadi melalui 10 tahapan yang terdiri dari
5 tahapan penggunaan energi dan 5 tahapan pelepasan energi.
Secara
rinci, tahap-tahap dalam lintasan glikolisis adalah sebagai berikut (pada setiap tahap, lihat dan hubungkan dengan
Gambar Lintasan detail metabolism karbohidrat):
1.
Glukosa
mengalami
fosforilasi menjadi glukosa-6 fosfat dengan
dikatalisir oleh enzim heksokinase atau
glukokinase pada sel parenkim hati dan
sel Pulau Langerhans pankreas. ATP diperlukan
sebagai donor fosfat dan bereaksi sebagai kompleks Mg-ATP. Satu fosfat berenergi
tinggi digunakan, sehingga hasilnya adalah ADP.
(-1P)
Mg2+
Glukosa
+ ATP Ã glukosa
6-fosfat + ADP
2.
Glukosa
6-fosfat diubah menjadi Fruktosa
6-fosfat dengan bantuan enzim fosfoheksosa
isomerase. Enzim ini hanya bekerja pada anomer µ-glukosa
6-fosfat.
µ-D-glukosa
6-fosfat «
µ-D-fruktosa
6-fosfat
3.
Fruktosa
6-fosfat diubah menjadi Fruktosa
1,6-bifosfat dengan bantuan enzim fosfofrukto
kinase. ATP menjadi donor
fosfat, sehingga hasilnya adalah ADP.(-1P)
µ-D-fruktosa
6-fosfat + ATP « D-fruktosa 1,6-bifosfat
4.
Fruktosa
1,6-bifosfat dipecah menjadi gliseraldehid 3-fosfat dan dihidroksi
aseton fosfat. Reaksi ini dikatalisir oleh enzim aldolase (fruktosa 1,6-bifosfat aldolase).
D-fruktosa
1,6-bifosfat «
D-gliseraldehid 3-fosfat + dihidroksiasetonfosfat
5.
Gliseraldehid
3-fosfat dapat berubah menjadi dihidroksi aseton fosfat dan sebaliknya (reaksi interkonversi).
Reaksi bolak-balik ini mendapatkan katalisator enzim fosfotriosa isomerase.
D-gliseraldehid
3-fosfat «
dihidroksiasetonfosfat
Langkah 4 dan 5 menghasilkan pembentukan dua
molekul D-gliseraldehid 3-fosfat dari satu molekul D-fruktosa 1,6-bifosfat.
Lintas glikolitik sampai di sini disebut tahap pertama glikolisis, dan
diperlukan dua molekul ATP (pada langkah 1 dan 3) untuk menyediakan kebutuhan
energy. Lima langkah sisanya membentuk tahap kedua proses glikolisis dan
menghasilkan dua molekul ATP untuk masing-masing dari dua senyawa berkarbon
tiga yang diperoleh dari reaksi di atas.
6.
Gliseraldehid
3-fosfat dioksidasi menjadi 1,3-bifosfogliserat dengan bantuan enzim gliseraldehid 3-fosfat dehidrogenase. Dihidroksi aseton fosfat bisa
diubah menjadi gliseraldehid 3-fosfat maka juga dioksidasi menjadi 1,3-bifosfogliserat.
D-gliseraldehid
3-fosfat + NAD+ + Pi «
1,3-bifosfogliserat + NADH + H+
Atom-atom
hidrogen yang dikeluarkan dari proses oksidasi ini dipindahkan kepada NAD+
yang terikat pada enzim. Sehingga NAD+ direduksi menjadi NADH + H+.
Ini merupakan satu-satunya reaksi redoks yang terjadi dalam glikolisis. Pada rantai
respirasi mitokondria akan dihasilkan tiga fosfat berenergi tinggi. (+3P)
Catatan:
Karena
fruktosa 1,6-bifosfat yang memiliki 6
atom C dipecah menjadi Gliseraldehid
3-fosfat dan dihidroksi aseton fosfat yang masing-masing memiliki 3 atom C, dengan demikian terbentuk
2 molekul gula yang masing-masing beratom C tiga (triosa). Jika molekul dihidroksiasetonfosfat
juga berubah menjadi 1,3-bifosfogliserat, maka dari 1 molekul glukosa pada bagian
awal, sampai dengan tahap ini akan menghasilkan 2 x 3P = 6P. (+6P)
7.
Pada 1,3 bifosfogliserat, fosfat posisi 1 bereaksi dengan ADP menjadiATP dibantu enzim fosfogliserat
kinase. Senyawa sisa yang dihasilkan adalah 3-fosfogliserat.
1,3-bifosfogliserat
+ ADP «
3-fosfogliserat + ATP
Catatan:
Karena
ada dua molekul 1,3-bifosfogliserat, maka energi yang dihasilkan adalah 2 x 1P
= 2P. (+2P)
8.
3-fosfogliserat
diubah
menjadi 2-fosfogliserat dengan bantuan
enzim fosfogliserat mutase.
3-fosfogliserat
«
2-fosfogliserat
9.
2-fosfogliserat
diubah
menjadi fosfoenol piruvat (PEP) dengan bantuan enzim enolase. Enolase dihambat oleh
fluoride. Enzim ini bergantung pada Mg2+ atau Mn2+.
2-fosfogliserat
«
fosfoenol piruvat + H2O
10.
Fosfat pada PEP bereaksi dengan ADP menjadi ATP dengan bantuan enzim piruvat
kinase. Enol piruvat yang
terbentuk dikonversi spontan menjadi keto
piruvat.
Fosfoenol
piruvat + ADP Ã
piruvat + ATP
Catatan:
Karena
ada 2 molekul PEP maka terbentuk 2
molekul enol piruvat sehingga total hasil energy pada tahap ini adalah 2 x 1P =
2P. (+2P)
Keseluruhan
reaksi glikolisis, dapat dibuat persamaaan reaksi sebagai berikut:
Glukosa
+ 2ADP + 2Pi + 2NAD+ → 2 Piruvat + 2H2O + 2ATP + 2NADH +
2H+
11.
Pembentukan Asam Laktat
Terbentuknya
asam laktat dari piruvat dikatalisis oleh enzim laktat dehidrogenase. Dimana piruvat direduksi oleh NADH + H+.
Reaksi ini merupakan reaksi tahap akhir glikolisis dan merupakan reaksi yang
berlangsung secara anaerob (tanpa oksigen)
Piruvat
+ NADH + H+ Ã L(+)-Laktat + NAD+
Kesimpulan:
Pada
glikolisis aerob, energi yang dihasilkan terinci sebagai berikut:
-
Hasil tingkat substrat :+
4P
-
Hasil oksidasi respirasi :+
6P
-
jumlah :+10P
-
dikurangi untuk aktifasi glukosa dan fruktosa
6P : - 2P
+
8P
Pada
glikolisis anaerob, energi yang dihasilkan terinci sebagai berikut:
-
hasil tingkat substrat :+
4P
-
hasil oksidasi respirasi :+ 0P
-
jumlah :+
4P
-
dikurangi untuk aktifasi glukosa dan fruktosa
6P : - 2P
+ 2P
D. FERMENTASI ALKOHOL
Berbeda
dengan yang terjadi pada otot, yaitu piruvat diubah menjadi asam laktat
(fermentasi asam laktat), maka pada ragi (misalnya saccharomyces sp), dalam keadaan anaerob akan mengubah glukosa
menjadi piruvat yang selanjutnya dioksidasi menjadi alcohol (fermentasi
alcohol).
Pembentukan
alcohol terjadi dalam dua tahap. Pada tahap pertama asam piruvat mengalami
dekarboksilasi menjadi asetaldehida dikatalis oleh enzim asam piruvat dekarboksilase dengan koenzim TPP (tiamin pirofosfat).
Asam piruvat
→ asetaldehida + CO2
Selanjutnya asetaldehida
menghasilkan etanol oleh pengaruh dengan alkohol dehidrogenase sebagai katalis.
Asetaldehida + NADH + H+
↔ etanol + NAD+
Proses glikolisis tidak hanya
melibatkan glukosa saja, tetapi juga monosakarida lainnya. Bahan makanan yang dikonsumsi tidak selalu mengandung gula
sederhana seperti glukosa saja. Kadang-kadang dikonsumsi juga bahan-bahan yang
mengandung gula kompleks (karbohidrat kompleks) seperti maltosa, laktosa, dan
sukrosa. Bahan-bahan yang belum sederhana tersebut tidak langsung dimetabolisme
oleh sel, sehingga harus dirombak dahulu sehingga menjadi bahan yang dapat
dimetabolisme langsung oleh sel. Maltosa, sukrosa, dan laktosa terlebih dahulu
diubah menjadi monomer penyusunnya yaitu glukosa dan gula sederhana yang lain
yaitu fruktosa atau galaktosa. Selanjutnya, glukosa atau gula-gula sederhana
akan masuk ke siklus glikolisis seperti biasa. Glukosa akan diubah menjadi
glukosa 6P dan seterusnya sehingga dapat dihasilkan 2 asam piruvat. Fruktosa
dan manosa dapat langsung diubah menjadi fruktosa 6P.
DAFTAR
PUSTAKA
Kuchel,
P., G. B. Ralston. 2006. Biokimia.
Schaum. Terjemahan. Erlangga. Jakarta.
Murray, Robert
K.,dkk. 2006. Biokimia Harper Edisi 27. Jakarta : EGC
Poedjiadi, Anna
dan F.M. Titin Supriyanti. 1994. Dasar-Dasar
Biokimia. Jakarta: UIPress.
Stryer, Lubert. 2000.
Biokimia Vol.2 Edisi 4. Jakarta: EGC.
Donasikan Rp. 300 untuk blog ini, hanya dengan satu kali klik iklan dibawah ini..
0 Comments