KATA PENGANTAR
Om Swastyastu
Pertama-tama
saya ucapkan terimakasih dan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa
karena berkat kehendak beliau saya bias mengerjakan tugas makalah ini dengan
sebaik-baiknya.
Makalah
ini berisi tentang sejarah Lingga Yoni yang terdapat pada Pura Siwa Gangga. Kita
tahu bahwa banyak sekali tempat suci di Lombok yang masih belum diketahui
secara pasti sejarah terbentuknya. Sebagai generasi muda, peneliti mencoba
menggali sejarah sebuah pura di Lombok yaitu Pura Siwa Gangga Pancoran.
Mungkin
makalah ini belum sempurna dan mungkin masih banyak terdapat kesalahan dalam
penulisannya, untuk itu saya minta maaf jika ada hal-hal yang kurang berkenan
bagi pembaca. Semoga makalah ini bias bermanfaat dan menambah wawasan bagi
pembaca. Akhir kata saya ucapkan terimakasih.
Om
Santih, Santih, Santih Om.
Mataram,
23 Oktober 2018
Penulis
( I Wayan Mardhawa Santa )
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak
sekali peristiwa yang terjadi serta memiliki keanehan di dunia ini di luar
batasan-batasan logika yang dipahami manusia.
Ada berbagai fenomena yang terjadi yang tidak diketahui maknanya oleh
sebagian besar masyarakat umum. Fenomena tersebut biasanya mengandung
nilai-nilai religi , itulah sebabnya kadang penjelasannya diluar logika
manusia. Salah satu fenomena tersebut terjadi di sebuah tempat suci yaitu Pura Siwa Gangga Pancoran, yang terletak
di Kecamatan Lingsar, Dusun Awang Madya Kabupaten Lombok Barat yang dimana
sangat mnarik untuk di telusuri lebih dalam karena menyimpan banyak misteri
yang tidak banyak diketahui oleh masyaralat umum khususnya umat Hindu, mengenai
asal-usul tentang keberadaan Batu Suci
yang menyerupai Lingga Yoni.
Berbagai
desas-desus perisiwa yang terjadi mengenai fenomena tersebut menimbulkan
berbagai tanda tanya dikalangan masyarakat umum khususnya umat Hindu, terlebih
lagi sejak pemugaran pada tahun 2014, pura tersebut semakin ramai dikunjungi
dan menjadi perbincangan umat mengenai kesakralan dan kesuciannya karena konon
menyimpan banyak misteri yang penuh dengan nilai-nilai religius yang mistis.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengungkap lebih dalam mengenai
keberadaan Lingga Yoni pada Pura Siwa
Gangga Pancoran ini.
1.2 Rumusan Masalah
Dari pemaparan singkat
latar belakang diatas, peneliti mengambil beberapa rumusan masalah diantaranya
:
1. Bagaimana
synopsis sejarah Lingga Yoni yang berada di Pura Siwa Gangga ?
2. Apa
fungsi dan makna Lingga Yoni di Pura Siwa Gangga?
1.3 Tujuan
Adapaun tujuan dari
makalah ini antara lain sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui synopsis dari sejarah keberadaan Lingga Yoni di Pura Siwa Gangga.
2. Untuk
mengetahui fungsi dan makna Lingga Yoni di Pura Siwa Gangga.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah singkat keberadaan Lingga
Yoni di Pura Siwa Gangga
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang
dilakukan, diketahui pada awalnya di lokasi pura ini terdapat sumber mata air
yang dikelilingi bebatuan. Tidak ada yang tau pasti mengenai sejarah awal
dibuatnya Lingga Yoni tersebut namun diperkirakan dulunya digunakan sebagai
tempat peristirahatan Danghyang Nirartha pada sekitar Tahun 1489 M yang di duga
sebelum ke Sumbawa, beliau melakukan Samadhi ditempat ini.
Sebelum ditemukannya batu berbentuk Lingga Yoni, dulunya pura ini dinamai Pura Pancoran,
karena terdapat banyak pancuran air pada tempat ini. Pembanguna pura pertama
kali dilakukan pada tahun 1977 yang hanya terdiri dari tiga baangunan yaitu;
Padmasana, Pelinggih Gangga, dan Pelinggih Bathara Bagus Balian. Kemudian
seiring berjalannya waktu pada tahun 2001 diadakan pembentukkan krama pura yang
diketuai oleh I Nyoman Westri. Pengurus Pura ini beranggotakan 80 orang dari 3
banjar. Pada bulan Desember 2014 pura ini mendapat suntikkan dana sebesar 50
juta rupiah yang digunakan untuk renovasi.
Melalui wawancara dengan ketua Krama Pura, I Nyoman
Westri pada tanggal 21 Oktober 2018, diketahui bahwa awal mula ditemukannya batu berbentuk lingga pada saat
penggalian tanah disekitar Padmasana. Saat itu ditemukan sebuah batu besar
berbentuk linjong dan lancip dibagian bawahnya. Masyarakat pada awalnya tidak
mengira bahwa batu tersebut adalah sebuah Lingga, sampai kemuadian salah satu
pemangku adat menyarankan masyarakat menggali lagi di sekitar lokasi penemuan
pertama tersebut, dan ternyata sekitar 3 meter dari ditemukannya Lingga
terdapat sebuah batu besar yang di duga adalah Yoni. Informasi ditemukannya
batu yang di duga Lingga Yoni tersebut menggemparkan warga, kemudian dengan
dibantu beberapa praktisi, Lingga tersebut di perbaiki dan disatukan dengan
Yoni yang sebelumnya sudah ditemukan. Lingga Yoni tersebut di pasupati pada sasih purnama karo. Setelah itu ada
puluhan hingga ratusan pemedek datang tiap minggunya ke Pura tersebut yang
berasal dari dalam dan luar pulau Lombok. Vibrasi yang luar biasa mengantarkan
ratusan penekun spiritual tersebut untuk bersamadhi di Pura Siwa Gangga hingga
kini. Pernyataan ini juga di perkuat oleh keterangan Pemangku I Ketut Wartana yang
menyaksikan langsung penuturan dari orang-orang yang bersamadhi di Pura
tersebut. Banyak pula yang mengalami kejadian-kejadian mistis setelahnya.
2.2 Fungsi dan makna keberadaan Lingga
Yoni di Pura Siwa Gangga
Dikutip dari situs http://phdi.or.id
,
Lingga dan Yoni adalah jalur energi Ilahi di tubuh manusia dan
di alam semesta. Penyatuan Lingga dan Yoni melahirkan
sesuatu yang baru, yaitu penciptaan. Perpaduan lingga dan yoni tersebut
melambangkan penciptaan dunia dan kesuburan. Tanpa penyatuan tak ada generasi
yang berkelanjutan.
Lingga menyerupai alat kelamin laki-laki
karena bentuknya seperti Phallus lambang
kesuburan pada masa Tradisi Megalithik, dan dalam perkembangan Hindu merupakan
simbol dari Dewa Siwa. Yoni menyerupai vagina alat kelamin dari
wanita, yang merupakan lambang kesuburan pada masa prasejarah. Pada masa
perkembangan Hindu Yoni merupakan simbol dari Dewi Parvati istri dari Dewa
Siwa. Yoni adalah tumpuan bagi lingga atau arca. Bersatunya Lingga dan
Yoni adalah pertemuan antara laki-laki (Purusa) dan wanita (Pradhana) yang
merupakan lambang kesuburan, sehingga muncul kehidupan baru (kelahiran). Oleh
sebab itu pemujaan akan lingga dan yoni yang merupakan bersatunya Dewa Siwa dan
Dewi Parvati adalah suatu berkah bagi masyarakat masa lampau, sehingga
biasanya lingga-yoni ini diletakkan di wilayah pertanian atau
pemujaan para petani kala itu.
Dalam kebudayaan Hindu, seks juga disimbolkan
dengan lingga-yoni. Itulah lambang reproduksi lelaki dan perempuan (phallus dan vagina). Kamus Jawa Kuna-Indonesia
mendefinisikan "lingga (skt) tanda, ciri, isyarat, sifat khas, bukti
keterangan, petunjuk; lingga, lambang kemaluan lelaki (terutama lingga Siwa
dibentuk tiang batu), patung dewa, titik tugu pemujaan, titik pusat, pusat
poros, sumbu". Adapun "yoni (skt) rahim, tempat lahir, asal Brahmana,
Daitya, dewa, garbha, padma, naga, raksasa, sarwa, sarwa batha, sudra, siwa,
widyadhara, dan ayonia (Zoetmulder, 1994 : 601, 1494).
Lingga, dalam mitologi Hindu, adalah alat kelamin
pria (phallus), lambang Siwa sebagai
dewa semesta, kebalikan dan yoni adalah alat kelamin perempuan sebagai Tara
atau timbalan dan linggam merupakan lambang shakti atau prakrti yang dijabarkan
dalam bentuk unsur kewanitaan " (Van Hove, 1990 : 2.020, 3.993).
Berdasarkan penuturan dari Pemangku I Ketut Wartana
pada wawancara tanggal 23 Oktober 2018, dulunya di kalangan masyarakat Dusun
Awang Madya sempat muncul pertanyaan apakah setelah perubahan nama pura menjadi
Pura Siwa Gangga dan di pasupatinya Lingga Yoni di dalamnya akan merubah tatanan
upacara masyarakat dari sebelumnya. Namun, setelah mendapat pencerahan dari
praktisi dan para sulinggih, tidak ada perubahan prosesi upacara dari
sebelumnya, masyarakat tetap melaksanakan upacara sesuai cara-cara yang
dilakukan sebelumnya, hingga kini tidak ada perbedaan prosesi ritual keagamaan
di Pura tersebut dengan pura-pura lain di Lombok secara umum.
Berkaitan dengan keberadaan Lingga Yoni di tempat
itu pada masa lalu, kemungkinan karena ditempat tersebut dulunya adalah daerah
perkebunan yang terdapat banyak sumber mata air. Sebagaimana diketahui bahwa
pemujaan akan Lingga dan Yoni yang merupakan bersatunya Dewa Siwa dan Dewi
Parvati adalah suatu berkah bagi masyarakat masa lampau, sehingga
biasanya lingga-yoni ini diletakkan di wilayah pertanian atau
pemujaan para petani kala itu. Diperkuat lagi adanya pura beji yang terdapat
sekitar 100 meter dibawah pura siwa gangga, di pura tersebut masih terdapat
sumber mata air, yang digunakan untuk penglukatan atau pembersihan. Uniknya
sumber mat air ini berwarna putih hamper menyerupai susu. Biasanya sebelum
menghaturkan puja di Pura Siwa Gangga, sebaiknya melakukan pembersihan dulu
dengan sembahyang di Pura Beji. Pura ini memiliki nuansa mistis yang luar
biasa, menurut penuturan warga sekitar dan pemangku adat, pembangunan Pura Beji
sempat terhenti karena para pekerja tidak berani melanjutkannya. Patung Dewa
Ganesha yang terdapat di Pura terlihat kurang berbentuk seperti aslinya karena
belum selesai dibuat. Hingga kini karma pura tidak melanjutkan lagi pengerjaannya.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil wawancara dan pembahasan data yang
telah diperoleh mengenai fenomena keberadaan Lingga Yoni di Pura Siwa Gangga
Pancoran dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Asal-usul
dan cerita mistis dibalik ditemukannya Lingga Yoni yang berada di Pura Siwa
Gangga Pancoran bukan serta merta adalah sebuah sensasi belaka. Ada sejarah
panjang di dalamnya yang berkaitan dengan perjalanan spiritual Danghyang
Nirartha di pulau Lombok. Tidak ada yang tau pasti sejarah awal dibuatnya
Lingga Yoni tersebut di masa itu, karena tidak adanya teks dan saksi sejarah di
daerah tersebut.
2. Keberadaan
Lingga Yoni di tempat itu pada masa lalu, kemungkinan karena ditempat tersebut
dulunya adalah daerah perkebunan yang terdapat banyak sumber mata air.
Sebagaimana diketahui bahwa pemujaan akan Lingga dan Yoni yang merupakan
bersatunya Dewa Siwa dan Dewi Parvati adalah suatu berkah bagi masyarakat masa lampau,
sehingga biasanya lingga-yoni ini diletakkan di wilayah pertanian
atau pemujaan para petani kala itu.
3.2 Saran
Peneliti berharap melalui penelitian sederhana ini
muncul lagi lebih banyak penelitian yang lengkap mengenai sejarah Pura Siwa
Gangga selanjutnya. Dan lebih banyak lagi penelitian mengenai tempat-tempat
suci Hindu di Pulau Lombok.
REFERENSI
PJ Zoetmulder, SC Robson, 1994. Manunggaling Kawula Gusti. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Van Hove, 1990, Ensiklopedia Indonesia
Ikhtisar Baru Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Anonim, 2018. Lingga Yoni. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2018 pada situs
http://phdi.or.id/artikel/lingga-yoni
0 Comments